B-DA(Bonek Dimana Mana)

Green Shop

product

Detail | Add to cart

Persebaya 1927

product

Detail | Add to cart

Bonek Cyber

product

Detail | Add to cart

7 suporter terbesar di indonesia yang diakui dunia dan FIFA

Menurut FIFA pada tanggal 24 maret 2010 yang lalu telah diliris suporter terbanyak di dunia dan Indonesia masuk dalam daftar top 20 teratas suporter terbanyak , peringkat 1 masih dipegang oleh tim Amerika latin , BRAZIL penilainnya dilihat dari jumlah suporter dan antusias suporter , semoga kedepannya suporter di Indonesia bisa menonton pertandingan...
.
AREMANIA (AREMA-MALANG)
















BONEK MANIA (PERSEBAYA-SURABAYA)


















VIKING MANIA (PERSIB-BANDUNG)



























THE JAK MANIA (PERSIJA-JAKARTA)




















L.A MANIA (PERSELA-LAMONGAN)

















SAKERA MANIA (PERSEKABPAS-PASURUAN



















PERSIK MANIA (PERSIK-KEDIRI)


 

asal mula perseteruan BONEK vs AREMA

Berdirinya Armada 86 hingga berevolusimenjadi PS Arema pada tahun 1987membuat konflik semakin memanas. Dalamkompetisi Perserikatan, Persema danPersebaya sudah memanaskan suhukonflik antar-suporter di Jawa Timur. Dengan hadirnya Arema yang mengikutikompetisi Galatama, suhu itu kian memanasdengan rivalitas Arema dan Niac MitraSurabaya. Semifinal Galatama tahun 1992yang mempertandingkan PS AremaMalang melawan PS Semen Padang di stadion Tambaksari Surabayamenghadirkan awalan baru sejarah konflikAremania-Bonek. Arek Malang (saat itubelum bernama Aremania) membuat ulahdi Stasiun Gubeng pasca kekalahan AremaMalang dari Semen Padang. Kapolda Jatim saat itu akhirnya mengangkut merekadalam 6 gerbong kereta api untukmenghindari kerusuhan dengan Bonek.Kejadian di Stasiun Gubeng itu membuatpanas Bonek yang ada di Surabaya.Tindakan balasan mereka lakukan dengan mencegat dan menyerang rombonganAremania pada akhir tahun 1993 saat akanmelawat ke Gresik. Peristiwa ini dibalas olehAremania pada tahun 1996 denganmelakukan lawatan ke Stadion Tambaksaridengan pengawalan ketat DANDIM. Keberanian Aremania untuk hadir diStadion Tambaksari kala pertandinganPersebaya melawan Arema saat itu telahmembuat Bonek tidak bisa berbuat apa-apa dan harus menahan amarah merekadengan cara menghina Aremania lewat kata-kata saja. Hal ini karena pertandingantersebut disaksikan oleh para petinggi PSSIdan gubernur Jawa Timur saat itu, sertapengawalan ketat DANDIM kota Malangterhadap Aremania. Bagi Aremania, hal inisudah sangat mempermalukan Bonek dengan datang langsung ke jantungpertahanan lawan sembari menunjukkankesantunan Aremania dalam mendukungtim kesayangan. Semenjak itulah tidak adakata damai dari Bonek kepada Aremania,dan Aremania sendiri juga menyatakan siap untuk melayani Bonek dengan kekerasansekalipun. Kejadian ini dibalas oleh Bonek diJakarta pada tahun 1998. Tanggal 2 Mei1998 dimana Aremania akan hadir dalampertandingan Persikab Bandung vs AremaMalang, Aremania yang baru turun dari kereta di Stasiun Jakarta Pasarsenendiserang oleh puluhan Bonek. Ketika iturombongan Aremania yang berjumlahpuluhan orang menaiki bus AC yang sudahdisiapkan oleh Korwil Aremania Batavia. Ditengah jalan, belum jauh dari Stasiun Pasar Senen tiba-tiba bus yang ditumpangiAremania dihujani batuan oleh Bonek.Untuk menghindari jatuhnya korban,rombongan Aremania langsung turun daribus untuk melawan Bonek yangmenyerang mereka. Bahkan Aremania sampai mengejar-ngejar Bonek yang ada diStasiun Pasarsenen. Tindakan Aremania inimendapat applaus dari warga setempat,sehingga Bonek harus mundurmeninggalkan area Stasiun Pasarsenen.Kondisi rivalitas yang begitu panas antara Aremania dan Bonek membuat keduanyamenandatangi nota kesepakatan bahwamasing-masing kelompok suporter tidakakan hadir ke kandang lawan dalam lagayang mempertemukan Arema danPersebaya. Nota kesepakatan yang ditandatangani oleh Kapolda Jatimbersama kedua pemimpin kelompoksuporter tersebut ditandatangani di KantorKepolisian Daerah Jawa Timur pada tahun1999. Semenjak tahun 1999, maka keduaelemen suporter ini tidak pernah saling tandang dalam pertandingan yangmempertemukan kedua klub kesayanganmasing-masing. Tetapi nota kesepakatan itutidak mampu meredam konflik keduanya.Tragedi Sidoarjo yang terjadi pada bulanMei 2001 menunjukkan masih adanya permusuhan kedua elemen ini. Kala itupertandingan antara tuan rumah GeloraPutra Delta (GPD) Sidoarjo melawanArema Malang di Stadion Delta Sidoarjodalam lanjutan Liga Indonesia VII. Karenadekatnya jarak Surabaya-Sidoarjo membuat sejumlah Bonek hadir dalampertandingan tersebut. Menjelang pertandingan dimulai, batu-batuberterbangan dari luar stadion menyerangtribun yang diduduki oleh Aremania. Kondisiini membuat Arema meminta kepadapanpel untuk mengamankan wilayah luarstadion. Karena lemparan batu belum berhenti membuat Aremania turun kelapangan, sementara di luar stadion justruterjadi gesekan antara Bonek denganaparat. Turunnya Aremania ke lapanganpertandingan membuat pertandingandibatalkan. Terdesaknya aparat keamanan yang kewalahan menghadapi Bonekmembuat Aremania membantu aparatdengan memberikan lemparan balasan kearah Bonek. Aremania pun harusdievakuasi keluar stadion dengan truk-trukdari kepolisian. Kejadian rusuh yang berkaitan antara Aremania dengan Bonekmasih berlanjut pada tahun 2006.Kekalahan Persebaya Surabaya atasArema Malang di stadion Kanjuruhan dalamlaga first leg Copa Indonesia membuatkecewa Bonek di Surabaya. Seminggu kemudian, kegagalan Persebaya Surabayamengalahkan Arema Malang di stadionGelora 10 November Tambaksari Surabayamembuat Bonek mengamuk. Laga yangberkesudahan 0-0 ini harus dihentikanpada menit ke-83 karena Bonek kecewa dengan kekalahan Persebaya dari AremaMalang. Kekecewaan ini merekalampiaskan dengan merusak infrastrukturstadion, memecahi kaca stadion, danmerusak beberapa mobil dan kendaraanbermotor lain yang ada di luar stadion. ANTV yang menayangkan pertandingantersebut meliputnya secara vulgar, bahkanberkali-kali menunjukkan gambar rekamanmengenai mobil ANTV yang dirusak olehBonek. Aremania menyikapi hal ini denganmenyerahkannya secara total kepada pihak berwajib dan PSSI. Rivalitaskeduanya tidak hanya hadir lewatkerusuhan dan peperangan, tetapi jugadengan nyanyian-nyanyian saatmendukung tim kesayangannya.Bonekmania, di kala pertandingan Persebaya melawan tim manapun, pastiakan menyanyikan lagu-lagu yangmenghina Arema dan Aremania. Lagu-laguyang menyebutkan Arewaria, Arema Banci,Singo-ne dadi Kucing, dan beberapa lagulain kerap mereka nyanyikan di Stadion Gelora 10 November TambaksariSurabaya. Hal yang sama juga dilakukanoleh Aremania, dimana lagu-lagu anti-Bonek juga mereka kumandangkan kalaArema menghadapi tim lain di StadionKanjuruhan. Bahkan persitiwa terbaru adalah tersiarnya kabar mengenaidikepruknya mobil ber-plat N ketika malamtahun baru di Surabaya oleh pemudaberkaos hijau (oknum Bonek?) Atmosfir Malang – Surabaya Seperti yang ditulis oleh Feek Colombijndalam View from The Periphery: Football inIndonesia, dimana ia menyebut bahwadinamika suporter di Indonesia sangatdipengaruhi oleh kebudayaan Jawa. KulturJawa yang mengutamakan keselarasan dalam harga diri, dimana penolakan yangamat sangat terhadap hal yang bisamempermalukan diri sendiri, menjadi faktorutama konflik antar suporter di Indonesia.Kultur Jawa yang menghindar dari konflikdan tidak mau dipermalukan menjadi semacam dari anti-thesis dari sepakbolayang harus siap sedia untuk dipermalukan.Tetapi kultur Jawa pula yang memicu reaksiapabila penghinaan itu terjadi di depanumum dan sangat memalukan, makaekspresi kemarahan dan anarkisme yang muncul untuk menjaga wibawa dan hargadiri. Kondisi ini yang memicu atmosfir panasMalang–Surabaya. Geng pemuda asalMalang yang dibantai oleh Bonek di tahun1967 memicu perasaan dendam dari ArekMalang. Belum lagi persoalan rivalitas “number one”, dimana dalam level propinsiposisi Malang masih dibawah Surabaya.Sifat tidak terima Arek Malang menjadinomor dua dibawah Arek Suroboyo inimembuat keduanya susah berjabat tangan.Persaingan atas dasar pride ini berlanjut pasca melorotnya prestasi PersemaMalang, dimana Arema mengambil alihposisi rivalitas Malang-Surabaya tersebut.Pergulatan harga diri ini terlihat jelas ketikaAji Santoso pindah dari Arema kePersebaya, akhirnya Aji Santoso pun dianggap pengkhianat oleh Aremania.Ketika Aji Santoso ingin kembali ke Malang,ia pun harus melalui begitu banyak timsebelum akhirnya mengakhiri karirnyabersama Arema Malang. Ahmad Junaedipun menjadi korban rivalitas Aremania- Bonek. Ketika Ahmad Junaedi sudahmenjadi bintang sepakbola nasional dandibeli Surabaya, maka ketika Persebayamenawarkan Ahmad Junaedi untukkembali ke Arema pun ditolak olehAremania. Akhirnya Arema pun lebih memilih untuk mengasah bakat JohanPrasetyo daripada memakai tenaga AhmadJunaedi . Dalam hal simbol pun tantangankepada Bonek juga dikumandangkan.Dengan pemilihan simbol singamenunjukkan bahwa di belantara Jawa Timur Arema ingin menjadi nomor satu,diatas Ikan Sura dan Buaya. Aremamenjadi identitas resistensi daerah terhadappusat (Surabaya) , dimana melalui dialekjawa timur dengan tatanan huruf yangdibalik pada osob kiwalan khas Malang seolah menunjukkan bahwa Aremamenjadi identitas kultural masyarakatMalang. Selain itu Arema juga merupakanpemersatu warga kota Malang yangsebelumnya terpecah pada beberapadesa/wilayah/daerah. Arek Malang selalu berusaha membedakan dirinya denganarek Suroboyo. Ketika arek Suroboyo itubondho nekad, maka arek Malang itubondho duwit. Ketika Bonek itu sukamembuat kerusuhan, maka Aremania inginmenyebarkan virus perdamaian. Konflik identitas juga menjadi lahan rivalitas keduakubu suporter besar Jawa Timur ini.